Pajanan
dunia digital membuat saya menjadi sedikit melupakan tulisan. Banyak hal yang
akhirnya tidak tersampaikan pada waktunya. Banyak hal yang akhirnya saya
putuskan untuk saya simpan pada draf di laptop saya hingga menumpuk.
Saya
tidak ingin membenarkan diri lagi untuk melewatkan moment berharga sebelum usia
saya bertambah. Malam ini saya ingin membuat ruh tulisannya kembali, kembali
bergeliat sebelum beku, sebelum saya menutupkan pintu gerbang untuk tidak lagi
membuat kesempatan saya menyampaikan kejadian luar biasa di usia 18 tahun saya.
Menunggu
bukanlah suatu hal tidak mudah, hanya saja saya perlu tahu kapan menunggu ini
akan diakhiri. Bahkan sebuah tawaran untuk memperbaiki hubungan diantara dua insane
yang sedang memilih untuk meneruskan jalannya tanpa sapa tetapi saling tahu
arah mana yang sedang di tujunya membuat saya percaya untuk tetap bergeming. Tidak
ada yang sedang menaruh rindu untuk diungkapkan
Doa
dari bilik meja perpustakaan kampus untuk dia yang sedang belajar pula. Saya tidak
pernah berfikir apakah doa itu segera terkabul, bagi saya dia yang masih
berdiri, penuh ketegasan pada masa depannya merupakan jawaban Allah.
Bulan
Juni penuh keberkahan. Perempuan bermanik salib yang sering saya doakan telah
memakai hijab. Do’a yang saya munajatkan dengan ikhlas sampai di hatinya,
digetarkan Allah untuk hambanya. Saya menemuinya lusa, wajahnya bersinar,
meskipun saya tahun penuh luka yang sedang rapat-rapat dia simpan. Tidak ada
yang lebih indah ketika dia mengatakan sedang belajar, mempelajari apa yang
saya pelajari, sedang mencoba-coba, mencoba hal yang sedang saya coba, dan
memantapkan prinsip yang juga saya anut. Sebuah harmoni yang menentramkan. Saya
lupa bisa saja ada puisi yang tercipta, tetapi tidak, ini ibarat puisi tanpa
rima, puisi tanpa nada. Puisi tanpa diksi. Namun, melenakan dan mampu
dinikmati.
Hal
yang masih membuat saya tidak percaya adalah draf mimpi saya mulai berkurang
satu persatu. Campur tangan teman-teman yang setiap membantu saya untuk tetap
meyakinkan saya. Naik gunung untuk pertama kalinya. Atap bertabur bintang dan
menggambar bintang pari dan biduk pada satu waktu. Terimakasih telah menjadi
bagian dalam perjalanan mengesankan sebelum usiaku bertambah. Sebelum janji
yang lain mennanti untuk segera dipenuhi.
Janji untuk membuat dia segera
kembali pada tawarannya. Menjadi bagian dalam do’a-do’a yang selalu terpanjat