Senin, 03 Februari 2014

Meninggalkan kisah musim kemarau



Melihatmu di gubug tua sewindu yang lalu membuatku rindu
Bolehkah aku kembali menjamah hatimu
Katanya sudah beku karena terlalu lama dibiarkan
Katanya sudah banyak lebah karena lama tak dibersihkan
Ah katamu terlalu pahit untuk diingat
Tapi aku masih rindu...
Aku masih mengingat wajahmu dengan jelas
Mendengar suaramu dengan nyaring
Menangkap sosokmu dengan wajah berbinar
Ah, bayangan...
Nyatanya kau tidak pernah kembali duduk disana
Tidak lagi mencoba untuk menunggu
Ada yang sudah cair dari kebekuanmu
Ada yang sudah bersih di labirin yang penuh lebah
Atau bahkan ada yang sudah pergi dari rasa yang katamu abadi
Tanpa sepatah kata, kau sudah memilih
Berjalan
Menjauh
Menebus rasamu yang dulu pahit dengan yang manis
Dengan dia
Yang lain lagi bukan aku
Berjalanlah, jangan berlari
Aku tidak sanggup mengejarmu
Sisa kepingan ini tak mampu ku tunjukkan padamu lagi
Kau memilih menutup matamu ketika aku datang
Kau bilang aku yang harus pergi
Saat aku yang pergi, kau bilang aku tak setia meunggu
Menunggu sampai kemarau usai
Padahal kau tahu, musim itu tak akan ada lagi kemarau
Karena aku berjanji menghilangkan sakitnya musim kemarau
Ah, kau tak lagi sama 
 gambar pinjam dari sini

Penulis: Nurul Hidayati